Senja
tenggelam hari itu dengan sempurna. Berhias jingga dengan semburat
keemasan memanggil sang malam untuk menjemput lelah. Aku memilih
menikmati senja tenggelam disudut cafe di tengah kota bersama secangkir
kopi dan sepiring kentang goreng. Bukan kombinasi yang buruklah untuk
menemani soreku yang melelahkan setelah menghabiskan hari didepan laptop
dan buku-buku untuk tugas akhirku.
Kuperhatikan setiap sudut cafe
ini, dengan interior sederhananya sang pemilik menata sangat apik. Kayu
yang paling mendominasi dan hanya dengan sedikit meja membuat mereka
yang tak suka kebisingan bisa menghabiskan sisa hari tanpa terganggu.
Hingga mataku terhenti pada meja disisi kaca depan ada dia yang dengan
serius memperhatikan laptopnya.
Wajah seriusnya terlihat begitu manis.
Diam-diam
aku memperhatikannya dari jauh. Dahinya terlihat berkerut, sepertinya
dia sedang berdebat dengan dirinya sendiri. Entah apa yang sebenarnya
sedang ia kerjakan hingga begitu menyita perhatiannya dan seakan menarik
dirinya untuk menenggelamkan diri pada laptopnya. Sesekali dia membuang
tatapannya ke seberang jalan untuk merilekskan diri, sesekali dia
menyisir rambut ikal sebahu dengan jari-jarinya dan sesekali dia
menyandarkan bahunya pada kursi dan terlihat berfikir keras.
Kuurungkan
niatku untuk segera pulang ke kostan dan ku habiskan waktu untuk
mengagumi dia yang tak ku kenal. Ku kira dia sedang menunggu rekannya
mungkin untuk mengerjakan tugas bersama, namun hingga waktu beranjak
malam bangku yang ada dihadapannya tak juga ada yang mengisi.
Senyum kecil terkadang terlihat dan jari-jarinya kembali menari menuangkan apa yang dia fikirkan.
Cangkir
kedua dipesannya, dari aromanya sepertinya kopi yang dia pesan atau
ntahlah mungkin minuman panas lainnya. Aku hanya sekedar menduga saja.
Kembali kusibukkan diriku untuk berkutat juga dengan laptop untuk
menghilangkan kecurigaan beberapa orang yang mungkin menangkap
gerak-gerikku. Sesekali kualihkan tatapanku kepadanya dan terlihat
sepertinya dia sedang sibuk berbicara dengan seseorang lewat ponsel
hingga tatapannya teralihkan dan aku bisa melihat.
Mata dengan tatapan yang tajam tapi meneduhkan
Astaga…
Aku sungguh malu.
Segera
kubuang tatapanku untuk melihat lainnya dan kembali mencoba
berkosentrasi dengan laptopku. Aku merasa seperti anak sekolahan yang
sedang jatuh cinta dengan kakak kelas yang menjadi bintang basket. Jika
saja aku tak ingat dengan tugas yang belum juga selesai mungkin aku akan
memilih terus memperhatikannya.
Aku rasa ini sedikit aneh.
Tak
biasanya aku begitu tertarik untuk memperhatikan lawan jenisku dengan
begitu berminat. Tapi dia dengan pakaian sederhana setelah pulang dari
kampus duduk di dekat jendela dan hanya serius dengan laptopnya bisa
begitu menarik.
Mungkin ini hanya sedikit hiburan karena terlalu lelah dengan segala paper yang harus terselesaikan.
Malam
semakin larut dan aku khawatir pintu kost akan segera ditutup. Ku
perhatikan lagi dia sedang berbicara dengan seorang laki-laki yang
sepertinya baru datang. Mungkin dia teman yang tadi diteleponnya. Aaah
aku kembali berasumsi. Jika teman-temanku tahu apa yang aku lakukan hari
ini mungkin meeka akan menertawakanku.
Sudahlah aku akhirnya
memilih pulang, karena tidak mungkin juga aku akan menungguinya hingga
keluar dari cafe ini bersama kemudian tak sengaja menabraknya untuk bisa
berbicara dengannya. Ini bukan ftv yang segalanya bisa tertata dengan
apik kemudian berakhir bahagia.
Selamat malam untuk kamu yang tak bernama.
Sudahlah aku akan pulang saja.
Jika beruntung mungkin lain waktu kita bisa bertemu lagi.
Kurapikan
barang bawaanku dan kutinggalkan beberapa lembar uang puluhan kemudian
kulangkahkan kakiku untuk pulang. Kututup kepulanganku dengan melihatnya
sebentar dan ku beri senyum kecil ketika tak sengaja tatapan kita
bertemu.
sumber :http://www.hipwee.com/narasi/dia-yang-tak-aku-kenal-yang-diam-diam-aku-perhatikan/